
Cerita Wayang :
GATUTKACA GUGUR
Pada suatu malam hening,
Kresna menyelinap ke peraduan Gatutkaca.
pembicaraan antara dua lelaki, dua kehormatan
"Anakku, seberapa besar kau mencintai Pandawa?"
"Sebesar hormatku padamu."
"Jika kuminta nyawamu malam ini?"
"Kau lebih tahu harga yang pantas untuk itu"
"Kemenangan Pandawa."
"Tunjukkan jalanku."
Di sebuah pusat keraton di sebuah negeri :
Prabu Suyudana merasa geram, kepada Bala Pandawa, atas kematian tokoh Astina yang gugur di medan perang Tegal Kurusetra. Pangeran Lesmana Mandrakumara, calon pewaris tahta Astinapura telah gugur, mati dibunuh Abimanyu. Kemudian Warsa Kusuma, anak Adipati Karna, juga tewas ditangan Abimanyu. Apalagi dengan kematian Jayadrata raja Banakeling, adik ipar Prabu Suyudana, suami Dewi Dursilawati, adik Prabu Suyudana telah tewas ditangan Arjuna. Juga Resi Bisma dan Pendita Durna juga telah tewas di medan
Mengingat kesedihan Prabu Suyudana yang begitu mendalam, maka Prabu Suyudana memerintahkan pasukan Astina dibawah Pimpinan Adipati Karna berangkat ke perkemahan Pandawa. Mereka berniat akan membunuh semua bala Pandawa yang kemungkinan sudah tidur. Serangan Para Kurawa terjadi pada malam hari ke 16 Perang Barata Yudha. Setelah gugurnya Pendita Durna, Senapati perang diserahkan kepada Adi pati Karna.
Bala Kurawa telah berangkat menuju Perkemahan Pandawa masing-masing perajurt dengan satu buah obor. Sehingga malam yang gelap gulita menjadi seperti terbakar, dimana mana ada api. Prabu Kresna dari kejauhan sudah mendengar suara riuh rendah di temgah tegal Kurusetra. Prabu Kresna terjaga dari tidurnya, dan membangunkan semua bala Pandawa untuk siaga melawan Para Kurawa, yang akan menyerang ke Perkemahan Pandawa. Tindakan Kurawa itu sudah melanggar ketentuan Perang. Karena perang hanya terjadi mulai pagi hari sampai dengan matahari tenggelam.
Gatutkaca mendapat tugas Prabu Kresna untuk mengundurkan para perusuh yang sedang menuju ke perkemahan Pandawa. dari Prabu Kresna memerintahkan Wekudara, Arjuna dan para kesatria Pandawa memerkuat pertahanan Pandawa. kemedan laga. Gatutkaca tokoh sakti yang bisa terbang dan memiliki banyak ajian seperti Aji Brajamusti, Aji Brajadenta, Aji Sapta Pangrungu, Topeng Waja. Namun, Gatutkaca memiliki satu kelemahan yaitu, didalam tubuhnya terdapat wrangka, atau sarung senjata Kunta. Terjadi karena pada waktu Gatutkaca lahir, wrangka senjata Kunta itu yang dipakai memotong tali pusar Gatutkaca masuk dalam tubuh bayi Gatutkaca.
Gatutkaca dalam pertempuran malam dengan dukungan Brajawikalpa dan Brajalamatan paman paman Gatutkaca serta pasuikan raksasa, di Tegal Kurusetra telah berhasil membuat mundur para senapati Kurawa, dan bahkan ada beberapa orang Senapati Kurawa mati terbunuh.
Gatutkaca teringat tugas rahasia yang diberikan oleh Prabu Kresna agar Gatutkaca, bisa mencegat kereta perang Adipati Karna dan merebut senjata Kunta milik Adipati Karna. Sebenarnya Gatutkaca takut berjumpa dengan Adipati Karna di medan laga Kurusetra. Namun demi tugas negara, Gatutkaca sekarang tidak merasa gentar menghadapi Adipati Karna yang memiliki senjata Kunta.
Suatu ketika mereka berhadapan, Gatutkaca datang menemui Adipati Karna. Gatutkaca meminta Adipati Karna bergabung saja dengan para Pandawa dan kembali kepangkuan Ibu Dewi Kunti.. Melihat kedatangan Gatutkaca Adipati Karna sebenarnya tidak tega pada Gatutkaca, karena masih muda belia dan masih kemenakan sendiri. Makanya Adipati Karna menyuruh Gatutkaca pergi dari hadapannya.
Kemudian Gatutkaca memulai memancing kemarahan pamannya Adupati Karna. Gatutkaca mulai me nyingkirkan para musuhnya yang berada di sekitar kereta Adipati Karna yang menjadi pagar betis keselamatan Adipati Karna. Gatutkaca dari angkasa, menyambar nyambar, dan menghantam pasukan yang mendukung Adipati Karna, hingga porak poranda. Banyak para Kurawa yang gugur di tangan Gatutkaca. Gatutkaca mencari kemarahan Adipati Karna, Namun Adipati Karna masih berdiam diri, ia tidak bereaksi.
Maka digoncang-goncangkannya kereta perang Adipati Karna. Sehingga membakar emosi Adipati Karna, dan akhirnya Adipati Karna melontarkan senjata tombak Kunta kearah Gatutkaca.Senjata Kunta selalu mengikuti kemana Gatutkaca berada, dan Gatutkaca pun bersembunyi di dalam awan mendung.
Gatutkaca berusaha menangkap senjata Kunta. Senjata Kunta berhasil ditangkap,tetapi senjata Kunta terlepas dari pegangan Gatutkaca. Terlepasnya senjata Kunta menjadikan senjanta kunta masuk kedalam warangka senjata Kunta yang berada didalam tubuh Gatutkaca.
Akhirnya Gatutkaca tewas dalam peperangan, karena kembalinya Kunta kedalam warangkanya yang ada didalam tubuh Gatutkaca.Tubuh Gatutkaca menjatuhi kereta perang Adipati Karna sehingga kereta perangnya hancur berkeping-keping.
Pecahan kereta perang itu melukai ratusan perajurit di sekitar Kereta perang berada.
Adipati Karna menghormati Gatutkaca yang rela berkorban demi kejayaan Pandawa.
Adipati Karna menganggap Gatutkaca seorang Pahlawan yang pemberani . Seorang Ksatria sejati.
GATUT KACA, PATRIOTISME SANG PANGLIMA :
Putra kedua Bima dengan seorang putri bangsa Raksasa dari negri Pringgandani. Kelahirannya dianggap sebagai buah dari sebuah rekayasa bangsa Dewa. Demi wibawa bangsa Dewa, Bima dijodohkan dengan Arimbi, dengan sebuah pamrih akan melahirkan seorang bayi yang kuat dan berani seperti bangsa Raksasa, serta pandai dan cerdas seperti seorang bangsa Manusia.
Bangsa Dewa yang kala itu mendapat rongrongan wibawa dari Prabu Kalapracona, raja negri Gilingwesi. Gatotkaca pun dibuat cepat dewasa, agar segera bisa menjadi jago bangsa Dewa menghadapi serangan bangsa Gilingwesi. Gatotkaca juga diberi kesaktian yang luar-biasa. Kecepatan terbang yang jauh di atas rata-rata kecepatan terbang ksatria pada umumnya. Kulit dan badannya sekeras baja. Tak ada senjata tajam yang mampu melukainya.
Tapi pada saat yang sama, bangsa Dewa juga mencipta senjata Konta Wijayadanu, satu-satunya senjata yang bisa melukai Gatotkaca, dan hanya bisa digunakan sekali pakai.
Gatotkaca adalah seorang patriot. Dia begitu patuh pada negrinya, pada keluarganya, dan pada kebenaran yang dipegangnya. Dia juga tidak mau berkompromi dengan Suteja atas sengketa batas wilayah negrinya, Pringgandani dengan wilayah Trajutrisna. Sengketa di wilayah Tunggarana. Dia sangat berdisiplin dalam menjaga wilayah kedaulatan negrinya dan keluarganya, dari wilayah negrinya paling utara perbatasan Pringgandani, ke selatan ke wilayah Amarta, sampai wilayah Dwarawati paling selatan.
Dia juga membantu Arjuna menggagalkan penyerbuan Prabu Niwatakawaca, dari negri Imaimantaka, ke kahyangan Jonggring Saloka. Dia hanya diam, walaupun semua bangsa Dewa hanya tahu bahwa yang berjasa atas penggagalan penyerbuan itu hanya Arjuna seorang. Bangsa Dewa menganggap biasa saja peran Gatotkaca atas peristiwa itu, karena menurut mereka, memang demikianlah tujuan Gatotkaca dilahirkan.
Gatotkaca sendiri yang memadamkan pemberontakan di negrinya yang dipimpin oleh paman-pamannya sendiri, Brajadenta, Brajamusti, Brajalamatan, dan Brajawikalpa. Gatotkaca juga menanggung rasa bersalahnya sendiri, ketika tanpa sengaja membunuh pamannya yang lain Kalabendana, yang sangat mencintainya.
Gatotkaca belajar banyak tentang ilmu kautaman dengan Petruk dan Resi Hanoman. Pernah juga berguru kepada Resi Seta, seorang ksatria dari negri Wirata.
Menjelang perang Baratayudha, Gatokaca diangkat oleh Yudhistira menjadi panglima pasukan pihak Pandawa. Gatotkaca juga diberi kepercayaan untuk menjaga seluruh wilayah Kurusetra, tempat berlangsungnya perang, agar bisa dijaga bahwa perang akan dilakukan secara ksatria.
Gatotkaca juga patuh, ketika Kresna, penasihat perang pihak Pandawa, justru memintanya agar tidak mengeluarkan seluruh kesaktiannya saat perang di Kurusetra. Gatotkaca lebih banyak diminta menjaga dari udara, dan turun bila memang perlu benar. Dia juga patuh ketika diminta untuk mengeluarkan kesaktiannya justru di saat pihak Kurawa, di medan laga dipimpin langsung oleh sang panglima, Adipati Karna, yang telah dihadiahi senjata Konta Wijayadanu oleh Batara Indra, beberapa bulan sebelum perang.
Gatotkaca sadar betul bahwa saat diminta maju ke medan laga, bahwa itu berarti dia akan sengaja dikorbankan menjadi tumbal bagi pihak Pandawa. Agar senjata Konta yang hanya bisa dipakai sekali itu, terhujam ke tubuhnya, sehingga Arjuna selamat dari ancaman Karna.
Di hari menjelang kematiannya, Gatotkaca menggempur prajurit pihak Kurawa secara luar biasa. Hari itu adalah hari dimana Kurawa kehilangan prajuritnya dalam jumlah yang sangat luar biasa besar dibanding dengan hari-hari lain selama Baratayudha. Membuat Karna geram, dan berkeputusan melepas Konta. Gatotkaca mati dengan Konta menembus
dadanya.
Masih terngiang pembicaraan malam itu :
"Anakku, seberapa besar kau mencintai Pandawa?"
"Sebesar hormatku padamu."
"Jika kuminta nyawamu malam ini?"
"Kau lebih tahu harga yang pantas untuk itu"
"Kemenangan Pandawa."
"Tunjukkan jalanku."
Dan gugurlah Gatukaca sebagai seorang ksatria pembela kewiibawaan Pandawa
Adipati Karna menghormati Gatutkaca yang rela berkorban demi kejayaan Pandawa.
Adipati Karna menganggap Gatutkaca seorang Pahlawan yang pemberani .
Seorang Ksatria sejati.
0 komentar:
Posting Komentar