
Suatu saat kura-kura meninggalkan kolam, dia harus pergi untuk waktu yang lama. Tentu saja ikan-ikan sedih dan merasa kehilangan.
dan suatu ketika kura-kura kembali datang ke kolam itu. betapa ikan-ikan sangat senang bertemu dengan sahabat mereka itu.. dia dikerubutin dan ditanya-tanya, kemana saja dan diminta menceritakan apa saja yang dia temui dan dia dapatkan.
Dengan senang hati, kura-kura bercerita tetang banyak hal yang dia temui selama di perjalanan di kepergiannya itu. Banyak sekali. Dia menceritakan hal-hal yang tidak pernah dia temui sebelumnya. Ada makhluk konon namanya manusia, ada binatang yang bisa berlari-lari dengan kakinya. sungguh sebuah pemandangan yang mengherankan, namun dia melihatnya dan dia senang dapat kesempatan itu.
Namun apa yang terjadi, Ikan-ikan itu tidak percaya pada cerita kura-kura. mereka bahkan tak habis pikir dengan soal kaki-kaki yang diceritakan oleh kura-kura. Bagimana mungkin mereka punya kaki, suatu hal yang tidak dipunyai ikan....bukankah mereka (ikan-ikan) itu tidak punya?
Kura-kura merasa kesulitan untuk meyakinkan bahwa apa yang ditemuinya adalah nyata. berkali-kali dia terangkan namun tetap saja para ikan sahabatnya tidak bisa menerimanya, walau mereka tidak jelas-jelas menyebutnya sebagai pembohong.
Kura-kura berpikir bahwa tidak ada cara lain untuk meyakinkan teman-temannya itu selain menyaksikannya sendiri,
tetapi bagaimana mungkin hal itu akan terjadi?.
Mustahil membawa ikan-ikan keluar,.....karena begitu mereka keluar dari kolam ,
maka mereka akan mati.
Banyak yang mengatakan Guru yang Baik adalah pengalaman langsung. Kiranya ada benarnya.
Jika mendapatkan wejangan atau saran, seringkali yang bersangkutan menganggap enteng atau dengan kata lain TIDAK PERCAYA, HANYA KARENA YANG BERSANGKUTAN MERASA TIDAK atau BELUM MENGALAMI/MELIHATNYA LANGSUNG..
padahal untuk belajar...sesungguhnya TIDAK HARUS MENGALAMINYA LEBIH DULU BARU PERCAYA KAN...di sinilah letak KEPERCAYAAN..seperti kalimat dalam bahasa Jawa....masak iya kejongor (tersungkur) dhisik baru percoyo....Masak harus jatuh dulu baru merasakan bahwa jatuh itu sakit rasanya. Tergantung masalahnya, kadang-kadang jatuh nyungsep perlu dirasakan dulu agar "rasa" hikmahnya lebih mendalam....
Banyak di antara kita yang ternyata 'hanya mampu' melihat apa yang ada di lingkungan kita saja, dan tak pernah tahu diluar selain itu (dunia luar). Hal ini akan membuat cara berpikir yang sempit, sehingga sulit menerima pemikiran dari orang lain.
Sikap ini bisa karena memang dari "sono"nya (karakter/watak), sehingga susah untuk berubah, namun bisa juga terjadi karena memang sungguh-sungguh tidak adanya kesempatan untuk melihat dunia luar selain dunia kecilnya itu...
0 komentar:
Posting Komentar