Rabu, 10 Agustus 2011

ADIPATI KARNA ( PUTRA KUNTI )

ADIPATI KARNA
(PUTRA KUNTI)


KETIKA KARNA TAHU RAHASIANYA

KARNA baru mengetahui bahwa ia anak Dewi Kunti dengan Batara Surya menjelang Bharatayuda.
dan ternyata KARNA, YUDISTIRA, BIMA dan ARJUNA adalah sama-sama anak kandung Dewi Kunti.

Suatu ketika di alun-alun depan Istana Hastinapura diselenggarakan pertandingan memanah untuk para Ksatria, dengan disaksikan oleh ribuan penonton. Penonton bertepuk-tangan riuh rendah setiap kali panah Arjuna mengenai sasarannya, Arjuna menjadi bintang lapangan saat itu…! Di lain pihak Korawa, terutama Duryudana sangat iri akan hal tersebut.

Tanpa diduga, tiba-tiba seorang pemuda masuk kedalam arena pertandingan, memperagakan kemampuannya, menantang Arjuna untuk bertanding duel memanah. Ia berkata bahwa ia bisa melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Arjuna, bahkan ia akan bisa melakukannya dengan lebih baik.

Korawa sangat senang menyaksikan kejadian itu, mereka berharap Arjuna bisa dikalahkan oleh pemuda tak dikenal tersebut. Arjuna pun juga tidak takut dan ia setuju bertanding dengan pemuda tersebut. Tetapi hal itu tidak terlaksana karena tiba-tiba KRIPA, guru mereka menghentikan rencana pertandingan duel tersebut. Kripa mengatakan bahwa Arjuna adalah Ksatria dari dinasti besar BHARATA, ia tidak boleh melakukan pertandingan dengan seseorang yang tidak dikenal, hal itu adalah etika seorang Ksatria dan harus dihormati dan dipatuhi.

DURYUDANA mengajukan protes karena ia telah merencanakan untuk mengangkat derajat pemuda tak dikenal yang gagah berani dan tampan tersebut menjadi seorang bangsawan dan akan menugaskan sebagai Adipati AWANGGA
Mendengar pengakuan Duryudana, ayah pemuda tersebut sangat gembira dan memuji Duryudana atas janji kepada anaknya. Pemuda tak dikenal tersebut mengaku bahwa dirinya adalah KARNA, anak seorang kusir kereta kuda.

Pengakuan tersebut ditertawakan oleh Pendawa, Duryudana menarik tangan Karna keluar dari arena pertandingan, menyerukan bahwa Karna akan menjadi kawan terbaik mereka, menjadi Adipati AWANGGA.

Sejak saat itulah Karna berjanji menjadi orang yang akan setia kepada Korawa sampai saat ajalnya. Pada saat terjadi insiden tersebut, baik Karna maupun Pendawa tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya mereka adalah bersaudara.

DEWI KUNTI

KUNTI, ibu dari para Pendawa yang menyaksikan adegan tersebut, memiliki feeling kuat bahwa pemuda gagah berani dan tampan tersebut, yang memiliki kemiripan dengan cinta pertamanya Betara Surya, yang mengenakan asesoris seperti pada saat ia dilahirkan, mengenakan anting-anting bercahaya dan senjata keramat, adalah buah hasil cintanya dengan Betara Surya, Kunti yakin bahwa Karna adalah anak-kandung nya sendiri, anak pertamanya, kakak dari para Pendawa.

KUNTI gemetar, takut terjadi sesuatu atas KARNA dan ARJUNA, mereka berdua adalah bersaudara, anak-kandung nya, tetapi ia tidak berbuat atau berkata sesuatupun, Kunti hanya menyimpan rahasia tersebut didalam hatinya

KORAWA

Ketika tiba saatnya, menjelang perang Bharatayuda Jayabinangun perang saudara besar-besaran antara KORAWA dan PANDAWA, ketika mereka sedang sibuk menyiapkan strategi perang, KUNTI mengkhawatirkan nasib anak tertuanya KARNA Adipati AWANGGA yang telah diangkat menjadi panglima perang KORAWA, perang melawan kakak-kakak nya sendiri dalam ‘peperangan hidup atau mati’ di Padang Kurusetra.

Ia menyesali kekeliruannya tidak membertahu KARNA, bahwa KARNA dan PANDAWA adalah bersaudara, anak kandungnya sendiri. Adapun seorang Ibu Dewi Kunti adalah sama halnya dengan ibu-ibu lain di bumi ini, tidak bisa melihat anak-anaknya sendiri saling membunuh. Akhirnya ia secara rahasia memutuskan untuk mengunjungi KARNA di kediaman nya.

Sang Adipati keheranan atas kunjungan KUNTI, bertanya kepada Sang Tamu, “Apa yang dapat dikerjakan oleh seorang anak kusir kereta untukmu, Ratu Kunti, bangsawan dari Pendawa ?”

“Kamu bukanlah seorang anak kusir kereta, ADIRATA bukanlah ayah kandungmu, Ayah kandungmu adalah Betara Surya, dan Ibumu adalah saya sendiri, KUNTI, yang juga Ibu dari Pendawa”, jawab KUNTI.

KUNTI menceritakan kejadian sebenarnya kepada KARNA. Kemudian ia minta kepada KARNA, pada saat genting seperti sekarang ini agar KARNA meninggalkan KORAWA dengan segala kelakuannya yang serakah dan tidak terpuji, bergabung dengan kakak-kakak nya Pendawa yang berada di pihak yang benar.

PANDAWA

Lanjut KUNTI “Dengan bergabung bersama kakak-kakak Pendawa, kamu semua akan dapat melenyapkan semua kejahatan apa saja di bumi ini. Saya mohon KARNA, anakku, SURYAPUTRA (anak Betara SURYA), kerjakan ini sebagai refleksi dari kecintaan Ibumu…!”

KARNA prajurit pemberani, sangat terkejut mendengar adanya fakta tersebut, perasaannya mengataka bahwa apa yang dikatakan KUNTI adalah benar dan ia juga bisa merasakan pengakuan Betara SURYA.

Setelah berhasil menenangkan diri KARNA menjawab dengan sedih, “Ibuku tercinta, apa yang Ibu minta adalah bertentangan dengan sifat seorang KSATRIA. Apa yang Ibu lakukan semenjak saya dilahirkan telah merampas hak saya untuk memperoleh kasih sayang seorang Ibu.

Saya telah makan nasi KORAWA dan saya telah diberi posisi terhormat, kehidupan mewah dan kepercayaan oleh mereka. Saya juga telah menasihati mereka untuk maju perang dan tiba-tiba saya berpihak kepada PANDAWA. Apa yang akan dikatakan orang kepada saya ? Saya telah mengkhianati kepercayaan mereka, saya adalah pengkhianat…!“.

Mencoba untuk tidak bersikap emosi kepada Ibunya, ia kemudian berkata, “Untuk menghormati permintaan Ibu, saya tidak akan merugikan PANDAWA didalam perang, tidak peduli apa yang akan mereka lakukan terhadap saya.
Saya tidak akan membunuh mereka, kecuali kepada ARJUNA. Jadi PANDAWA tetap masih berjumlah lima orang, yang kelima adalah ARJUNA atau SAYA. Maafkanlah saya Ibu…!”.

DEWI KUNTI tak bisa berkata apa-apa lagi, ia meninggalkan KARNA setelah memeluknya erat-erat. Ia berkata kepada diri sendiri, “Siapa yang bisa menghindari takdir kehidupan…?”.
Ia hanya bisa berharap Tuhan memberkati mereka.


PEPERANGAN DI PADANG KURUSETRA

ARJUNA

Pada malam hari pertama KARNA selaku panglima perang KORAWA dalam perang BHARATAYUDA, ia mendapat kunjungan rahasia dari ARJUNA. KARNA berada pada posisi yang sangat sulit dalam hidupnya. ARJUNA adalah musuh bebuyutan, saingan dalam memanah, orang paling dibenci sampai saat ini, dan secara bersamaan ia adalah adiknya.

ARJUNA tiba-tiba berlutut dihadapan KARNA, menyembah, memberikan salam hormat dan berkata dengan jelas, “Terimalah salam hormat saya dan salam hormat dari para PANDAWA kepada anda. Saya datang kesini untuk minta maaf atas apa yang telah terjadi dengan Ibu kita, DEWI KUNTI.
Ibu mengirim salam cintanya kepada anda, juga semua PANDAWA mencintai anda, KARNA kakak kami yang tertua”.

KARNA melihat sikap ARJUNA, tidak bisa berkata apa-apa, ia perlahan menjauh. Apa yang bisa diperbuat hanyalah mengangguk pelahan sambil meneteskan air mata.

ARJUNA meneruskan, hatinya sangat terpukul,
“Kakak kami YUDISTIRA dan semua dari kami telah sepakat untuk mendengarkan anda sebagai kakak tertua, kami akan mematuhi keputusan anda. Jika kita menang, Anda adalah satu-satunya yang akan menjadi Kaisar HASTINAPURA. Kami yakin dari sekarang, anda akan selalu bersama kami, yang adalah saudara-saudara anda“.

Sementara mendengarkan dan merasakan apa yang dikatakan saudaranya, KARNA, Sang Adipati, panglima perang, tidak bisa menahan emosinya, ia berusaha menahan ledakan tangisnya, kemudian memeluk kuat-kuat ARJUNA. Mereka berdua adalah KSATRIA sejati, yang tidak kenal kata ‘MENYERAH’ dalam peperangan, tetapi pada kenyataannya mereka adalah hanya manusia biasa, ia hanya bisa menunjukkan emosi memperlihatkan kedalaman cintanya di antara mereka.

Setelah keduanya menenangkan diri beberapa saat, kemudian KARNA mencoba berkata perlahan,

“ARJUNA, saudaraku tersayang, dari kedalaman hatiku, aku mencintai anda semua - saudara-saudara ku PANDAWA dan juga saya mencintai Ibu kita DEWI KUNTI. Saya sangat berterimakasih atas keputusan anda, hal itu adalah penghormatan terbesar bagi saya. Saya katakan kepadamu bahwa kesalahan ada pada diri saya, karena saya telah berjuang hanya untuk kesejahteraan dan kebahagiaan saya, mempertahankan kekuasaan saya, yang penuh dengan kekayaan materi, saya telah memilih pihak yang salah dalam perang BHARATAYUDA. Saya akui bahwa ini memalukan bagi seorang KSATRIA”, ....ia berhenti sejenak kemudian meneruskan, ...

“Secara pribadi saya minta maaf kepada anda untuk memahami posisi saya, tolong sampaikan pesan saya ini kepada semua saudara-saudara ku. Juga kepadamu, ARJUNA, besok jangan ragu-ragu menghadapi aku dalam peperangan, kita akan bertempur sebagai KSATRIA sejati. Saya siap dibunuh untuk mempertahankan nama baik saya. Pergunakan segala kemampuan anda. Tuhan akan memberkatimu”.

Kemudian mereka saling berpelukan lagi tanpa kata-kata dan kemudian ARJUNA berpamitan untuk pulang.

Pada keesokan harinya, KARNA mengenakan pakaian putih yang sangat mengesankan dan mempesona. Pakaian putih menandakan kesucian dan pada kenyataan nya KARNA telah menyiapkan dirinya untuk mati.

Dengan suara lantang dan gagah berani, ia memberi komando kepada para prajurit untuk berada pada formasi siap maju perang. Yang menjadi kusir kereta kuda KARNA adalah PRABU SALYA.

Di pihak lain, ARJUNA duduk di kereta kuda dengan kusirnya PRABU KRESNA. KARNA dan ARJUNA tampak saling siap berperang tetapi sebenarnya hatinya dikuasai emosi cinta keluarga.

Apakah mereka akan terus berperang?

Kusir kereta SALYA dan KRESNA tahu perasaan KARNA dan ARJUNA, mereka menasihatinya untuk bertindak sebagai prajurit sejati. Akhirnya peperangan berlangsung dengan sengit. KARNA membidikkan panah pusaka KUNTO kepada GATOTKACA yang sedang berperang dari udara melawan musuh-musuhnya di darat. Ketika itu kereta KARNA sudah dekat dengan Arjuna, mereka saling melepaskan banyak anak panah.


GATOTKACA

Mendadak kereta KARNA hancur berkeping-keping tertimpa jasad tubuh GATOTKACA yang jatuh dari langit, GATOTKACA gugur terkena panah KUNTO yang dibidikkan oleh KARNA. Akibatnya KARNA terlempar, dan tanpa kereta akhirnya KARNA berhadapan langsung dengan ARJUNA, ia sadar bahwa ARJUNA memiliki beberapa senjata pusaka yang bisa membunuhnya. Tetapi ia senang apabila terbunuh oleh KSATRIA perkasa-ARJUNA, saudaranya sendiri. Dan ia akan bersyukur bila saudaranya yang akan menjadi penguasa agung dari kekaisaran HASTINAPURA, bukannya DURYUDANA yang tamak.

Ketika itu, panah pusaka ARJUNA yang bernama PASOPATI mengenai KARNA, ia terjatuh dan akhirnya gugur sebagai pahlawan di medan perang BHARATAYUDA.

Kematiannya ditangisi secara mendalam baik oleh pihak KORAWA maupun PANDAWA.

Meskipun KARNA telah berperang untuk pihak KORAWA, namun sebagai saudara tertua dari PANDAWA, keluarga PANDAWA dengan semangat kepahlawanan, menyelenggarakan upacara kremasi tubuh KARNA untuk menghormati beliau.

0 komentar:

Posting Komentar