MISTERI PIRAMIDA MESIR
Keterangan gambar : Sphinx yang bertetangga dekat dengan piramida raksasa kelihatannya sangat kuno. Para ilmuwan memastikan bahwa dari badannya, saluran dan irigasi yang seperti dikikis air, ia pernah mengalami sebagian cuaca yang lembab, karenanya memperkirakan bahwa ia sangat berkemungkinan telah ada sebelum 10 ribu tahun silam.
Piramida Mesir adalah sebutan untuk piramida yang terletak di Mesir yang dikenal sebagai "negeri piramida" sekalipun ditemukan situs piramida dalam jumlah besar di Semenanjung Yucatan yang merupakan pusat peradaban Maya.
Di Mesir umumnya piramida digunakan sebagai makam raja-raja Mesir Kuno yang dikenal dengan nama firaun. Namun demikian, berabad abad lalu piramida sering digunakan sebagai sasaran penjarahan dan perampok makam karena para raja-raja membawa harta kekayaannya dan segala macam artefak guna di alam baka, sekalipun diberi perlindungan dengan semacam kutukan-kutukan untuk mencegahnya. Sehingga pada masa raja-raja mesir kuno berikutnya, makam raja-raja dan para bangsawan ditempatkan pada lembah yang tersembunyi seperti halnya makam Raja Tutankhamun yang ditemukan secara utuh dan lengkap.
Piramida raksasa Mesir merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia saat ini, sejak dulu dipandang sebagai bangunan yang misterius dan megah oleh orang-orang. Namun, meskipun telah berlalu berapa tahun lamanya, setelah sarjana dan ahli menggunakan sejumlah besar alat peneliti yang akurat dan canggih, masih belum diketahui, siapakah sebenarnya yang telah membuat bangunan raksasa yang tinggi dan megah itu? Dan berasal dari kecerdasan manusia manakah prestasi yang tidak dapat dibayangkan di atas bangunan itu? Serta apa tujuannya membuat bangunan tersebut? Dan pada waktu itu ia memiliki kegunaan yang bagaimana atau apa artinya?
Teka-teki yang terus berputar di dalam benak semua orang selama ribuan tahun, dari awal hingga akhir merupakan misteri yang tidak dapat dijelaskan. Meskipun sejarawan mengatakan ia didirikan pada tahun 2000 lebih SM, namun pendapat yang demikian malah tidak bisa menjelaskan kebimbangan yang diinisiasikan oleh sejumlah besar penemuan hasil penelitian.
Piramida pun tidak dibuat sembarangan. Para insinyur Mesir kuno menghitung dulu jarak piramida dengan matahari, karena matahari adalah salah satu hal terpenting dalam kehidupan masyarakat Mesir kuno.
Ilmuwan masa kini pun mengakui kehebatan mereka dalam membangun piramida yang termasuk tujuh keajaiban dunia ini. Waktu, harta, dan tenaga yang dikeluarkan demi pembangunan piramida pun luar biasa banyaknya. Pembangunan piramida membutuhkan waktu sekitar dua puluh tahun dan mempekerjakan lebih dari sepuluh ribu budak, dan banyak yang nyawanya melayang. Piramida terbesar berada di Giza.
Sejarah Mitos dan Temuan Arkeologi
Sejak abad ke-6 SM, Mesir merupakan tempat pelarian kerajaan Poshi, yang kehilangan kedudukannya setelah berdiri lebih dari 2.000 tahun, menerima kekuasaan yang berasal dari luar yaitu kerajaan Yunani, Roma, kerajaan Islam serta kekuasaan bangsa lain. Semasa itu sejumlah besar karya terkenal zaman Firaun dihancurkan, aksara dan kepercayaan agama bangsa Mesir sendiri secara berangsur-angsur digantikan oleh budaya lain, sehingga kebudayaan Mesir kuno menjadi surut dan hancur, generasi belakangan juga kehilangan sejumlah besar peninggalan yang dapat menguraikan petunjuk yang ditinggalkan oleh para pendahulu.
Tahun 450 SM, setelah seorang sejarawan Yunani berkeliling dan tiba di Mesir, membubuhkan tulisan: Cheops, (aksara Yunani Khufu), konon katanya, hancur setelah 50 tahun. Dalam batas tertentu sejarawan Yunani tersebut menggunakan kalimat "konon katanya", maksudnya bahwa kebenarannya perlu dibuktikan lagi. Namun, sejak itu pendapat sejarawan Yunani tersebut malah menjadi kutipan generasi belakangan sebagai bukti penting bahwa piramida didirikan pada dinasti kerajaan ke-4.
Selama ini, para sejarawan menganggap bahwa piramida adalah makam raja. Dengan demikian, begitu membicarakan piramida, yang terbayang dalam benak secara tanpa disadari adalah perhiasan dan barang-barang yang gemerlap. Dan, pada tahun 820 M, ketika gubernur jenderal Islam Kairo yaitu Khalifah Al-Ma'mun memimpin pasukan, pertama kali menggali jalan rahasia dan masuk ke piramida, dan ketika dengan tidak sabar masuk ke ruangan, pemandangan yang terlihat malah membuatnya sangat kecewa. Bukan saja tidak ada satu pun benda yang biasanya dikubur bersama mayat, seperti mutiara, maupun ukiran, bahkan sekeping serpihan pecah belah pun tidak ada, yang ada hanya sebuah peti batu kosong yang tidak ada penutupnya. Sedangkan tembok pun hanya bidang yang bersih kosong, juga tak ada sedikit pun ukiran tulisan.
Kesimpulan para sejarawan terhadap prestasi pertama kali memasuki piramida ini adalah "mengalami perampokan benda-benda dalam makam". Namun, hasil penyelidikan nyata menunjukkan, kemungkinan pencuri makam masuk ke piramida melalui jalan lainnya adalah sangat kecil sekali. Di bawah kondisi biasa, pencuri makam juga tidak mungkin dapat mencuri tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan lebih tidak mungkin lagi menghapus seluruh prasasti Firaun yang dilukiskan di atas tembok. Dibanding dengan makam-makam lain yang umumnya dipenuhi perhiasan-perhiasan dan harta karun yang berlimpah ruah, piramida raksasa yang dibangun untuk memperingati keagungan raja Firaun menjadi sangat berbeda.
Selain itu, dalam catatan "Inventory Stela" yang disimpan di dalam museum Kairo, pernah disinggung bahwa piramida telah ada sejak awal sebelum Khufu meneruskan takhta kerajaan. Namun, oleh karena catatan pada batu prasasti tersebut secara keras menantang pandangan tradisional, terdapat masalah antara hasil penelitian para ahli dan cara penulisan pada buku, selanjutnya secara keras mengecam nilai penelitiannya. Sebenarnya dalam keterbatasan catatan sejarah yang bisa diperoleh, jika karena pandangan tertentu lalu mengesampingkan sebagian bukti sejarah, tanpa disadari telah menghambat kita secara obyektif dalam memandang kedudukan sejarah yang sebenarnya.
Teknik Bangunan yang Luar Biasa
Di Mesir, terdapat begitu banyak piramida berbagai macam ukuran, standarnya bukan saja jauh lebih kecil, strukturnya pun kasar. Di antaranya piramida yang didirikan pada masa kerajaan ke-5 dan 6, banyak yang sudah rusak dan hancur, menjadi timbunan puing, seperti misalnya piramida Raja Menkaure seperti pada gambar. Kemudian, piramida besar yang dibangun pada masa yang lebih awal, dalam sebuah gempa bumi dahsyat pada abad ke-13, di mana sebagian batu ditembok sebelah luar telah hancur, namun karena bagian dalam ditunjang oleh tembok penyangga, sehingga seluruh strukturnya tetap sangat kuat. Karenanya, ketika membangun piramida raksasa, bukan hanya secara sederhana menyusun 3 juta batu menjadi bentuk kerucut, jika terdapat kekurangan pada rancangan konstruksi yang khusus ini, sebagian saja yang rusak, maka bisa mengakibatkan seluruhnya ambruk karena beratnya beban yang ditopang.
Lagi pula, bagaimanakah proyek bangunan piramida raksasa itu dikerjakan, tetap merupakan topik yang membuat pusing para sarjana. Selain mempertimbangkan sejumlah besar batu dan tenaga yang diperlukan, faktor terpenting adalah titik puncak piramida harus berada di bidang dasar tepat di titik tengah 4 sudut atas. Karena jika ke-4 sudutnya miring dan sedikit menyimpang, maka ketika menutup titik puncak tidak mungkin menyatu di satu titik, berarti proyek bangunan ini dinyatakan gagal. Karenanya, merupakan suatu poin yang amat penting, bagaimanakah meletakkan sejumlah 2,3 juta -2,6 juta buah batu besar yang setiap batunya berbobot 2,5 ton dari permukaan tanah hingga setinggi lebih dari seratus meter di angkasa dan dipasang dari awal sampai akhir pada posisi yang tepat.
Seperti yang dikatakan oleh pengarang Graham Hancock dalam karangannya "Sidik Jari Tuhan": Di tempat yang terhuyung-huyung ini, di satu sisi harus menjaga keseimbangan tubuh, dan sisi lainnya harus memindahkan satu demi satu batu yang paling tidak beratnya 2 kali lipat mobil kecil ke atas, diangkut ke tempat yang tepat, dan mengarah tepat pada tempatnya, entah apa yang ada dalam pikiran pekerja-pekerja pengangkut batu tersebut. Meskipun ilmu pengetahuan modern telah memperkirakan berbagai macam cara dan tenaga yang memungkinkan untuk membangun, namun jika dipertimbangkan lagi kondisi riilnya, akan kita temukan bahwa orang-orang tersebut tentunya memiliki kemampuan atau kekuatan fisik yang melebihi manusia biasa, baru bisa menyelesaikan proyek raksasa tersebut serta memastikan keakuratan maupun ketepatan presisinya.
Terhadap hal ini, Jean Francois Champollion yang mendapat sebutan sebagai "Bapak Pengetahuan Mesir Kuno Modern" memperkirakan bahwa orang yang mendirikan piramida berbeda dengan manusia sekarang, paling tidak dalam "pemikiran mereka mempunyai tinggi tubuh 100 kaki yang tingginya sama seperti manusia raksasa". Ia berpendapat, dilihat dari sisi pembuatan piramida, itu adalah hasil karya manusia raksasa.
Senada dengan itu, Master Li Hongzhi dalam ceramahnya pada keliling Amerika Utara tahun 2002 juga pernah menyinggung kemungkinan itu. "Manusia tidak dapat memahami bagaimana piramida dibuat. Batu yang begitu besar bagaimana manusia mengangkutnya? Beberapa orang manusia raksasa yang tingginya lima meter mengangkut sesuatu, itu dengan manusia sekarang memindahkan sebuah batu besar adalah sama. Untuk membangun piramida itu, manusia setinggi lima meter sama seperti kita sekarang membangun sebuah gedung besar."
Pemikiran demikian mau tidak mau membuat kita membayangkan, bahwa piramida raksasa dan sejumlah besar bangunan batu raksasa kuno yang ditemukan di berbagai penjuru dunia telah mendatangkan keraguan yang sama kepada semua orang: tinggi besar dan megah, terbentuk dengan menggunakan susunan batu yang sangat besar, bahkan penyusunannya sangat sempurna. Seperti misalnya, di pinggiran kota utara Mexico ada Kastil Sacsahuaman yang disusun dengan batu raksasa yang beratnya melebihi 100 ton lebih, di antaranya ada sebuah batu raksasa yang tingginya mencapai 28 kaki, diperkirakan beratnya mencapai 360 ton (setara dengan 500 buah mobil keluarga).
Dan di dataran barat daya Inggris terdapat formasi batu raksasa, dikelilingi puluhan batu raksasa dan membentuk sebuah bundaran besar, di antara beberapa batu tingginya mencapai 6 meter. Sebenarnya, sekelompok manusia yang bagaimanakah mereka itu? Mengapa selalu menggunakan batu raksasa, dan tidak menggunakan batu yang ukurannya dalam jangkauan kemampuan kita untuk membangun?
Sphinx, singa bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan, tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter, dianggap didirikan oleh kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat (erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa", John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.
Ahli ilmu pasti Swalle Rubich dalam "Ilmu Pengetahuan Kudus" menunjukkan: pada tahun 11.000 SM, Mesir pasti telah mempunyai sebuah budaya yang hebat. Pada saat itu Sphinx telah ada, sebab bagian badan singa bermuka manusia itu, selain kepala, jelas sekali ada bekas erosi. Perkiraannya adalah pada sebuah banjir dahsyat tahun 11.000 SM dan hujan lebat yang silih berganti lalu mengakibatkan bekas erosi.
Perkiraan erosi lainnya pada Sphinx adalah air hujan dan angin. Washeth mengesampingkan dari kemungkinan air hujan, sebab selama 9.000 tahun di masa lalu dataran tinggi Jazirah, air hujan selalu tidak mencukupi, dan harus melacak kembali hingga tahun 10000 SM baru ada cuaca buruk yang demikian. Washeth juga mengesampingkan kemungkinan tererosi oleh angin, karena bangunan batu kapur lainnya pada masa kerajaan ke-4 malah tidak mengalami erosi yang sama. Tulisan berbentuk gajah dan prasasti yang ditinggalkan masa kerajaan kuno tidak ada sepotong batu pun yang mengalami erosi yang parah seperti yang terjadi pada Sphinx.
Profesor Universitas Boston, dan ahli dari segi batuan erosi Robert S. juga setuju dengan pandangan Washeth sekaligus menujukkan: Bahwa erosi yang dialami Sphinx, ada beberapa bagian yang kedalamannya mencapai 2 meter lebih, sehingga berliku-liku jika dipandang dari sudut luar, bagaikan gelombang, jelas sekali merupakan bekas setelah mengalami tiupan dan terpaan angin yang hebat selama ribuan tahun.
Washeth dan Robert S. juga menunjukkan: Teknologi bangsa Mesir kuno tidak mungkin dapat mengukir skala yang sedemikian besar di atas sebuah batu raksasa, produk seni yang tekniknya rumit.
Jika diamati secara keseluruhan, kita bisa menyimpulkan secara logis, bahwa pada masa purbakala, di atas tanah Mesir, pernah ada sebuah budaya yang sangat maju, namun karena adanya pergeseran lempengan bumi, daratan batu tenggelam di lautan, dan budaya yang sangat purba pada waktu itu akhirnya disingkirkan, meninggalkan piramida dan Sphinx dengan menggunakan teknologi bangunan yang sempurna.
Dalam jangka waktu yang panjang di dasar lautan, piramida raksasa dan Sphinx mengalami rendaman air dan pengikisan dalam waktu yang panjang, adalah penyebab langsung yang mengakibatkan erosi yang parah terhadap Sphinx. Karena bahan bangunan piramida raksasa Jazirah adalah hasil teknologi manusia yang tidak diketahui orang sekarang, kemampuan erosi tahan airnya jauh melampaui batu alam, sedangkan Sphinx terukir dengan keseluruhan batu alam, mungkin ini penyebab yang nyata piramida raksasa dikikis oleh air laut yang tidak tampak dari permukaan.
Sumber: Inspiration Civilization Prehistoric for Mankind
BENARKAH PIRAMIDA & BOROBUDUR DIBANGUN DENGAN BANTUAN ALIENS?
oleh: Prima Sp Vardhana
Banyak orang telah mengenal piramida. Piramida adalah bangunan modern pada masa purba yang terdapat di Mesir. Bangunan ini disusun bertingkat, makin ke atas makin kecil. Piramida terdiri atas ribuan bongkahan batu. Tiap batu mempunyai berat sekitar dua ton. Diperkirakan berat sebuah piramida mencapai jutaan ton. Bila dideretkan maka panjang batu pada piramida Cheops, piramida terbesar di Mesir, melebihi panjang pantai Amerika dari utara ke selatan.
Bagaimana membuat piramida, berapa lama waktu untuk menyelesaikannya, dan berapa banyak orang yang mengerjakannya? Sejak lama para pakar masih belum bisa memberikan jawaban memuaskan. Hanya sebagian misteri yang berhasil diungkapkan, antara lain oleh arkeolog Inggris Howard Carter terhadap makam Tutankhamen di dalam sebuah piramida. Carter dan tim ekspedisinya menemukan terowongan berikut tangga yang tersusun rapi dan sejumlah catatan tertulis. Di dalam terowongan itu terdapat makam raja dan keluarganya yang mayatnya sudah diawetkan (mumi). Perhiasan emas, prasasti yang berisi kutukan, dan gambar dinding. Perlu waktu puluhan tahun untuk melakukan ekskavasi di sini.
Eksperimen Banyak pakar menduga piramida dibangun dari bagian bawah terus ke atas. Tangga naik, untuk meletakkan batu-batu di atasnya, menggunakan punggung bukit. Setelah bagian tertinggi rampung, maka bukit tersebut dipangkas habis. Dengan demikian yang tersisa hanyalah piramida.
Yang masih sukar diperkirakan adalah bagaimana membawa batu seberat dua ton ke atas. Kalau dengan kerekan, berapa besar kerekannya? Kalau dengan batang pohon, bagaimana menggelindingkan batu yang demikian berat itu? Masalahnya, salah perhitungan sedikit saja, nyawa terancam melayang. lni karena bentuk piramida Mesir sangat landai, tidak berundak sebagaimana piramida Amerika Selatan.
Ditafsirkan, piramida dikerjakan selama berpuluh-puluh tahun. Bahan bangunan kemungkinan besar berasal dari sepanjang sungai Nil dan daerah-daerah di sekitar tempat piramida berdiri. Beberapa tahun lalu pakar-pakar Jepang, Prancis, dan negara-negara maju pemah melakukan eksperimen untuk membuat piramida tiruan. Mereka menggunakan alat-alat berat dan alat-alat modern, termasuk helikopter sebagai alat pengangkut batu.
Pada tahap pertama. mereka mengawalinya dari bagian bawah. Ternyata pembangunan piramida tidak rampung. Begitu pula ketika dimulai dari bagian atas. Mengapa teknologi masa kini tidak mampu menyaingi teknologi purba? Benarkah pekerja-pekerja Mesir dulu dibantu tenaga gaib para jin dan dewa sehingga berhasil mendirikan bangunan supermonumental itu?
Piramida Mesir tidak dibuat sembarangan. Ada kaidah-kaidah tertentu yang harus ditaati. Pada bagian atas piramida terdapat sebuah lubang. Lubang ini menghadap ke arah matahari terbit. Hal ini tentu dimaklumi karena bangsa Mesir purba menganggap dewa Ra (Matahari) sebagai dewa tertinggi. Uniknya, bila bentuk piramida direbahkan ke atas tanah, maka sudut-sudutnya tepat berada di garis lingkaran. Dengan adanya bentuk demikian disimpulkan bahwa pembangunan piramida direncanakan dengan teliti. Apalagi bayangan matahari pada piramida tadi menunjukkan musim-musim yang ada di tanah Mesir.
Menurut sejumlah ahli Egyptotogi (pengetahuan tentang sejarah dan kebudayaan Mesir), makna simbolis pada piramida begitu besar. Tulisan-tulisan hieroglif menyiratkan ada unsur magis pada bangunan itu.
Candi Borobudur
Tahun 1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang mengapung di atas danau.
Danau yang sekarang sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari daerah dataran Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.
Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai dan danau, dan pertemuan dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah candi.
borobudur
Candi Borobudur didirikan dekat pertemuan Sungai Eto dan Progo di dataran Kedu. Tanpa bantuan peta sulit bagi kita sekarang untuk mengenali kedua sungai itu. Untuk menentukan lokasi candi mutlak diperlukan pengetahuan geografi dan topografi yang benar-benar handal. Sungguh mengagumkan nenek moyang kita sudah memiliki pengetahuan seperti itu.
Bangunan Candi Borobudur dianggap benar-benar luar biasa. Bahan dasarnya adalah batuan yang mencapai ribuan meter kubik jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak digunakan semen. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan belakang-depan.
Yang mengagumkan, bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon. Ternyata Borobudur, Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayal, berada dalam satu garis lurus. Maka kemudian orang mereka-reka bahwa pembangunan Candi Borobudur juga dibantu para jin, dewa, dan "orang pintar" lainnya.
pesawat angkasa luar alien?
Angkasa Luar
Tahun 1970-an muncul Erich von Daniken, seorang pengarang fiksi ilmiah (science fiction), yang bukunya sangat populer. Beberapa karyanya seperti Kereta Perang Para Dewa, Kembalinya Bintang-Bintang, Emas Para Dewa, Mencari Dewa-Dewa Kuno, dan Mukjizat Para Dewa berhasil membius jutaan pembacanya dengan khayalan yang sulit dipercaya namun dapat juga dicerna akal sehat.
Di dataran tinggi Nazca (Peru), demikian awal kisah, terdapat sebuah lajur tanah rata yang panjangnya lebih dari 50 kilometer. Para arkeolog menafsirkannya sebagai "jalan raya bikinan bangsa Inca". Namun von Daniken menganggapnya sebagai "landasan bandar udara untuk melayani penerbangan antarbintang", apalagi dia berhasil mengaitkannya dengan sejumlah temuan arkeologi.
Dengan imajinasinya von Daniken mengatakan pasti ada planet lain yang dihuni oleh makhluk sejenis manusia. Penghuni planet itu adalah makhluk-makhluk yang kecerdasan otak dan peradabannya melebihi manusia biasa. Berpuluh-puluh ribu tahun yang lalu makhluk-makhluk ini berkunjung ke bumi mengendarai wahana antariksa yang dapat mengarung angkasa dengan kecepatan supertinggi. Ternyata khayalan von Daniken didukung oleh berbagai tinggalan arkeologi.
Pada sebuah peta dari Istana Topkapi di Turki, tergambar benua Amerika dan Afrika dengan di bawahnya daratan Antartika di kutub selatan. Penggambaran peta demikian hanya mungkin dilakukan melalui pemotretan dari jarak jauh di angkasa.
Bila dicermati peta kuno itu sama benar dengan peta bikinan Angkatan Udara AS hasil proyeksi sama jarak dari titik tolak di Mesir. Di Val Camonica (Italia) dan di Tassili (Gurun Sahara) terdapat lukisan dinding yang menggambarkan orang berpakaian seperti astronot zaman sekarang, lengkap dengan baju tebal dan helm. Bahkan helmnya menutupi seluruh kepala dan dilengkapi antena. Kalau begitu benarkah dulu pemah terjadi penerbangan angkasa luar yang dilakukan makhluk dari planet lain ke bumi?
Dalam perkembangannya makhluk dari angkasa luar itu berubah wujud menjadi tokoh dewa, sering dipuja masyarakat purba. Adanya dewa tergambar jelas dari mitologi dan berbagai kitab keagamaan di pusat-pusat kebudayaan kuno, seperti di Maya, Inca, Mesopotamia, India, Mesir, Yunani, Romawi, dan Indonesia. Dalam mitologi dan kitab keagamaan digambarkan para dewa bersemayam jauh di atas sana dan sewaktu-waktu dapat berkunjung ke bumi, baik dengan terbang secara langsung maupun menggunakan wahana antariksa.
Sampai kini kita belum dapat memberikan jawaban yang pasti apakah pembangunan piramida dan Candi Borobudur memang benar-benar dibantu makhluk dari angkasa luar ataukah keterampilan bangsa sekarang masih minim. Teori siapakah yang harus kita ikuti, teori von Daniken yang imajinatif dan bobot ilmiahnya kurang meyakinkan ataukah teori para arkeolog yang saintifik? Sayang teori yang saintifik itu masih misteri seperti halnya misteri yang masih menyelimuti piramida dan Candi Borobudur.
sumber : http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=14363
0 komentar:
Posting Komentar